Hidup sebagai pemulung adalah salah satu jalan terakhir yang
harus mereka lakukan setiap harinya sebagai penyambung hidup dan untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari meski
hasil yang didapat belum pasti bisa mencukupinya ditengah-tengah glamournya kehidupan
kota sekitar
dan tuntutan ekonomi pada umumnya.
Ibu Dyah, adalah seorang wanita pahlawan bagi anak-anaknya
yang masih kecil sebut saja Ayu yang berumur 5 tahun dan kakaknya Dewi yang
berumur 7 tahun.
Mereka berdua sehari-harinya membantu ibunya dalam mencari
nafkah setelah mereka selesai mengikuti pelajaran dari sekolahnya, maklum
Ayahnya yang seorang tukang ojek meninggal dunia ketika kakaknya Dewi masih
berumur 5 tahun karena tragedi yang dialaminya setelah membantu sebuah keluarga
yang mengalami sebuah perambokan bersenjata yang sialnya menimpa sang ojek
tersebut.
Gelap malam saat itu mulai menyingsing perlahan. Suara kokok
ayam sedari tadi terdengar riuh bersahutan. Terdengar suara gemercik air dari
belakang rumah seperti orang mengambil air dari bak penampungan air yang
terbuat dari drum plastic berwarna biru terbalut sedikit lumut hijau.
“ Ibu, bangun bu…!! Hari sudah mau pagi, nanti keburu telat
untuk shalat shubuh !!“. Dewi membangunkan ibunya sembari mengingatkan ibunya
untuk shalat shubuh.
“ Oh, kamu Wi,..!!
“ Sudah shalat toh…??”
“Adikmu sudah bangun blom…??”
“Bangunin cepat adikmu, Wi..!! Timpal Ibunya sambil menyuruh membangunkan adiknya yang tidur dikamar samping dekat dapur yang berukuran cukup kecil.
“Bangunin cepat adikmu, Wi..!! Timpal Ibunya sambil menyuruh membangunkan adiknya yang tidur dikamar samping dekat dapur yang berukuran cukup kecil.
“Iya, Bu..!! cetus Dewi singkat, sambil bergegas berjalan
menuju kamar adiknya.
“ Yu,, Ayu bangun..!!”
“ Sudah mau pagi “. Bangunkan adiknya sambil menyibakkan rambutnya
yang menutupi sebagian wajahnya.
“ Kakak !!” kaget adikya melihat kakaknya.
“Cepat bangun, terus shalat shubuh..!!”
“Ibu sudah dibelakang rumah tuh nimba air, sekalian saja
ambil wudhu dan shalat bareng ma ibu..” Timpal Dewi sembari membantunya untuk
bangun dari tempat tidurnya.
“Ibu..!!” rengek Ayu kepada ibunya.
“Eh, Ayu.. sudah bangun toh…!! Ambil wudhu sana, nanti kita shalat bareng.” Ajak ibunya
untuk mengambil wudhu.
“ Kak Dewi kok nggak ikut shalat, Bu…??” Tanya Ayu sambil
mengangkat air timba yg berada diember.
“Kak Dewi sudah shalat tadi, dia bangun lebih awal” Ibunya
menjelaskan.Lalu mereka berduapun mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat shubuh bersama. Sementara Dewi sedang menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak.
“Sedang apa, Nak..??” Tanya ibunya sembari membuka mukenanya
perlahan.
“Oh, Ibu..!! Sudah shalatnya, Bu..!!”
“Ini saya sedang membuat sarapan pagi.” Timpal Dewi sambil
mengiris bahan untuk membuat nasi goreng.
“Ya sudah, nanti ibu bantu setelah ibu ganti baju.” Sambung
ibunya dan bergegas menuju kekamar untuk ganti baju.
Dan merekapun bahu-membahu menyiapkan sarapan pagi untuk
disantap. Pagi ini, mereka harus berangkat sekolah lebih awal karena Dewi,
kebagian tugas piket disekolahnya.
“Dewi, mana adikmu…??”
“Panggil cepat, nanti keburu siang” pinta ibunya kepada
Dewi, kakaknya.
“Baik, Bu…!!” jawab Dewi singkat.
Dan merekapun menyegerakan sarapan pagi seadanya, lalu
bergegas pamit untuk berangkat kesekolah.
“Ibu, Dewi berangkat dulu yah…!!” pamit Dewi.
“Ayu juga, Bu…!!” sambung Ayu ikuti ucapan kakaknya.
“Assalamu’alaikum..!!” ucap kompak mereka berdua untuk
pamit.
“Iya, hati-hati nak..!! Wa’alaikum salam..!!
“Belajar yang baik, yah…!!” timpal ibunya tersenyum.
Kedua anak itupun bergegas pergi kesekolah dengan berjalan kaki,
Ayu yang masih mengenyam pendidikan di Taman kanak-kanak, lebih dulu tiba di sekolahnya
sementara Dewi masih harus menempuh 100m dari Taman
kanak-kanak dimana Ayu belajar.
Ayu mengikuti pelajaran di Taman
kanak-kanak karena mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat karena
ketidakmampuan orang tuanya.
Sementara Dewi, kakaknya mendapatkan bantuan dan orang tua
asuh dari keluarga yang pernah ditolong oleh ayahnya ketika perampokan.
Sementara dirumah,
Sang ibu membereskan rumah kecilnya yang semua terbuat dari triplek dan
sebagian terlihat terbuat dari bekas karton pabrikan yang mereka temple di
sudut-sudut rumahnya. Lalu segera pergi untuk mencari nafkah sebagai pemulung
dengan mengais sebuah karung yang berukuran cukup besar dan sebatang besi untuk
mengkait barang-barang bekas tersebut.