Detak suara jam berbunyi begitu menghentak, terasa pelan
tetapi tak terlihat jejaknya. Hari-hari yang kini ia lalui, sendiri dan
takkan bisa seperti dulu lagi. Kini ia jauh dari sahabat sejati, sanak
family bahkan masa kecil yang takkan bisa terulang lagi.
Ya, mungkin ini sudah tergaris dalam renung dan langkah
duniawi. Disaat sang fajar menari menyambut pagi, di kala sinarnya
pergi bersama datangnya malam sunyi, ia bertepi dan membayangi sosok
perempuan nan sejati.
Dia, Ibu yang telah melahirkannya, membesarkannya, menuntunnya, bahkan yang mengatur langkahnya.
Tapi itu dulu, disaat dia ada disisinya, disaat ia ada dalam pandangan tajamnya, pandangan keindahan.
" Kriiiing, Kriiiing, Kriiiing....!! " terdengar suara yang bersumber dari handphone ia yang jadul.Padahal waktu masih menunjukan sekitar jam 4 pagi.
" Hallo, Assalamu'alaikum....!!" Sambil membuka mata yang masih terasa berat, dengan cepat ia angkat handphone itu, karena yang menelpon adalah Ibunya sendiri.
" Apa kabar Nak..?? dan bagaimana keadaanmu..?? " tanya Sang Ibu kepada buah hatinya.
" Alhamdulillah, baik dan sehat selalu, Bu...!! " Jawabnya dengan suara yang bertabur emosi.
Ya, emosi perasaan sebagaimana seorang anak yang sudah lama tidak mendengar suara ibunya sendiri.
" Bagaimana keadaan ibu, bapak, dan keluarga yang lain di sana...?? " Tanya sang anak kepada ibunya.
Sebelum beliau menjawabnya, sang anak merasa heran dan mulai berpikir.
" Ibu, ...Ibu, kenapa ?? Ibu sehat-sehat saja kan...?? " tanya sang anak kembali sekedar menumpahkan apa yang ada dalam pikirannya.
" Tidak ada apa-apa, dan Ibu baik-baik saja, Nak..!! " jawab sang Ibu sambil terdengar sedikit prau dan serak basah seperti habis menangisi sesuatu.
" Syukur Alhamdulillah ..!! " jawab sang anak.
" Terus, kenapa suara ibu sedikit parau seperti habis menangis,?? "
" Ada apa sebenarnya,Bu..?? " tanya sang anak sedikit merasa heran dan cemas, takut ada sesuatu di balik tangisan itu.
" Ibu tidak apa-apa,Nak..!! Justru ibu menangis karena ibu bahagia.." Jelas sang ibu
" Maksudnya bahagia karena apa, Bu..?? " tanya sang anak yang masih merasa heran, kenapa ibunya menangis.
"
Ibu bahagia, Nak..!! "
"Ibu merasa berhasil mendidikmu menjadi anak yang mandiri..!! "
" Mungkin didikannya belum sempurna, tetapi hanya itu yang bisa ibu lakukan yang terbaik untukmu, dan masa depanmu, Nak." Sang ibu menjelaskan mengapa dia menangis.
" Ibu,...!!! "
" Apapun yang ibu lakukan dan berikan untukku, takkan bisa tergantikan olehku, anakmu..!!
" Hanya satu yang mungkin bisa ku lakukan untuk ibu...!! " dengan bercampur rasa haru dan sedikit kalimat yang tertahan, sang anak membalas percakapan ibunya.
" Ibu takkan menuntut apa-apa darimu,Nak...!!
" Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu dan hidupmu."
" Yang terbaik untukmu, terbaik juga buat ibu...." dengan kalimat ikhlas, sang ibu mengutarakan harapannya.
Suara lirih dan tangisan kecil mulai terdengar kembali di balik perkakas persegi empat yang di beri nama handphone.
Dan tidak terasa sang fajar mulai beranjak dari tidurnya.
" Terima kasih,Bu..!! "
" Tanpa bimbingan dan apa yang ibu berikan untukku selama ini, mungkin ku takkan bisa seperti ini..."
" Dan sampai kapanpun, kebaikan ibu takkan bisa tergantikan dengan apapun itu." Balas sang anak sembari menghela nafas panjang dan mengusap mukanya dengan telapak tangan.
" Ya sudah,hari sudah siang "
" Ibu mau ke pasar dulu, dan bukannya kamu harus bekerja..?? "
" Jangan lupa, sesibuk apapun kegiatan kamu, jangan lupakan Shalat 5 waktu. "
" Makan teratur, dan hal penting lagi...Jaga kesehatanmu baik-baik,Nak..!!"
kalimat dari sang ibu dengan memberikan saran-saran bermanfaat yang
sedikit tergesa-gesa seakan hendak meninggalkan sebuah percakapan di
pagi hari.
Mungkin sang ibu tahu, keduanya masing-masing punya kesibukan dan sudah waktunya mempersiapkan untuk melakukan aktifitas rutin.
" Iya, Bu..!! " Jawab sang anak dengan singkat.
" Tetapi sebelumnya, Ibu jaga kesehatan juga."
" Jangan terlalu capek, perbanyak istirahat."
" Dan ku akan berdoa setiap hari untuk keselamatan dan kesehatan Ibu,bapak dan keluarga yang lain." pintaku sebelum mengakhiri sebuah percakapan yang kurasa enggan ku akhiri.
" Kamu juga jaga kesehatan, Nak.."
" Terutama Jaga diri kamu baik-baik..!! " Kalimat terakhir dari suara sang ibu yang ku dengar dari kejauhan.
Dan tak terasa hari sudah mulai terang. Hari seakan bersemangat tuk melakukan aktifitas.
Dan menunggu perbincangan selanjutnya dengan Sang Penjasa Abadi, IBU.