Dalam diam kumerasa tenang
Dalam riang ceriaku hilang
Meniti apa yang kan kucari
Disaat emosi menyaingi sang merapi
Angin kian terasa ribut mengganggu
Daun-daun berguguran tiada menentu
Ketika hujan datang tanpa diundang
kian meradang dan terus menerjang
Cahaya tatapku mulai pudar
Hanyut terbias sikap ego tingkah itu
Tak ku biar kau meledakkan amarahku
kan ku biarkan kau menari cela dihadapanku
Kau bertahta dipundakku
Ganggu ketenangan ragaku
Lenyapkan semua ceriaku
Hadirkan murung jejak langkahku
Ku tak bisa berkata hitam atau putih
Yang ku tahu hanya pedih
Apa yang ingin kau robohkan
Dunia ku ataukah harapanku
Ku tak bisa melihat indah atau buruk
Yang ku tahu hanya tertunduk
Melihat kedepan dan belajar dari ini
Jadikan kunci tuk berfikir lebih baik lagi
Emosiku yang kian menjadi dan menggunung
Mampu ku hantamkan batu karang disana
Ku ksatria tanpa kerajaan yang bertahta
Yang setiap waktu bisa hempaskan amarah
Ku bukan malaikat yang suci
Tanah ku pijak adalah jasadku
Amarah sebagai nafsu hakikiku
Khilaf sebagai manusia duniawi

0 komentar :
Posting Komentar
Dikomentarin Dong.......!!!