Ingin menjadi penulis hebat, tetapi nggakpernah bisa menuliskan ceritamu dengan baik? Punya banyak ide menakjubkan, tapi selalu berhenti di tengah-tengah? Banyak sekali alasan-alasan yang membuat seseorang berhenti menulis. Padalah semuanya hanyalah alasan klise, dan bisa ditangani dengan niat yang kokoh dan juga komitmen.

Berikut tujuh hal yang sering dijadikan alasan bagi kebanyakn kita untuk tidak melanjutkan tulisannya. Apakah tujuh hal ini juga terjadi pada Sobat Nida? Hmmm... semoga enggak yaaa...

Tak ada perlengkapan hebat

Penulis-penulis hebat menuliskan kisah-kisah mereka dalam pena bulu yang terbuat dari angsa emas. Atau dengan pena mahal, di bawah sebuah pohon rindang yang dikelilingi oleh rerumputan dan padang bunga yang harum. Banyak orang yang terlalu penasaran mengenai alat-alat yang digunakan para penulis hebat untuk menuliskan cerita mereka. Kenyataannya, semua hal itu bukanlah masalah. Jika nggak mendapatkan inspirasi ketika menulis dalam selembar kertas putih, maka cobalah menggantinya dengan kertas lain. Yang membuat seseorang menjadi penulis hebat bukanlah peralatannya, tetapi kemampuan mereka untuk terus menulis. Kapanpun, dimanapun, dengan alat apapun.

Kalimat pembuka yang sangat buruk

Percaya atau nggak, kalimat pembuka yang buruk justru merupakan anugerah yan
arus disyukuri. Kenapa? Karena kita akan menulis kalimat-kalimat dengan lebih baik lagi.

Takut diprotes

Mungkin kita merasa takut jika karakter dalam cerita kita terlalu mirip dengan orang dekat yang dikenal
— mungkin keluarga atau rekan, dan kita merasa takut jika mereka tersadar dan melancarkan serangan pada kita. Ketika pikiran kita mulai mengkhawatirkan hal-hal semacam itu, fokuslah pada tulisan sendiri. Rangkai kata demi kata sebaik mungkin sesuai dengan yang ingin dituliskan, karena hanya itulah tugas sebagai seorang penulis.

Merasa terlalu tua

Tidak ada kata terlalu tua untuk menuliskan kisah kita sendiri. Buktinya, penulis pemenang penghargaan Pulitzer dan Nobel, Toni Morrison, baru mempublikasikan buku pertamanya di usia 39 tahun. Anggap saja harus merasakan dan hidup di dalam cerita kita itu, sebelum benar-benar bisa menuliskannya.

Takut tak akan selesai

Salah satu ketakutan para penulis, khususnya pemula, adalah bahwa mereka nggak akan sanggup menyelesaikan buku yang sedang ditulis. Setelah menulis beberapa bab yang seru dan menakjubkan, tiba-tiba saja inspirasi itu hilang dan tulisan pun berhenti begitu saja. Ada seorang penulis yang telah menuliskan bab pertama dari bukunya selama 40 tahun, lalu ia merasa bahwa ia tidak akan bisa menuliskan bab-bab selanjutnya. Untuk mengatasinya, bisa berkomitmen pada diri kita, misalnya untuk
menulis 100, 200, atau 500 kata per hari. Novelis sekaligus jurnalis terkemuka dari Inggris, Graham Greene misalnya, hanya menulis 500 kata dalam sehari. Ia akan berhenti menuliskannya, meskipun ketika itu sedang berada di tengah-tengah kalimat.

Takut ditolak

Setiap kita memiliki sebuah kisah petualangan hebat, yang akan memukau semua orang. Kita juga telah menceritakan sebuah kisah romantis yang akan membuat orang terharu sekaligus berdecak kagum. Namun, kita merasa takut jika tak ada penerbit yang berniat untuk menerbitkan buku tersebut. Atau telah mencoba untuk mengirimkan naskah-naskah itu tapi tidak ada yang berhasil. Jangan berhenti menulis hanya karena hal itu, karena kini sudah banyak fitur penerbitan buku secara mandiri atau yang biasa disebut dengan self publishing. Jangan lupa juga, bahwa internet telah memberikan banyak kemudahan bagi diri manusia. Kita bisa memasukkan tulisan ke dalam blog dan biarkan jutaan orang di luar sana membaca tulisan kita.

Merasa bahwa orang lain mampu menulis dengan lebih baik

Ketika sedang menulis suatu cerita, mungkin saja kita berpikir bahwa banyak orang di luar sana yang telah menuliskan kisah yang sama, bahkan dengan jauh lebih baik. Namun, camkan satu hal dalam diri, bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki cara menilai sesuatu sama seperti kita atau mendeskripsikan suatu kejadian sama dengan kita. Tulislah cerita yang benar-benar ingin kita tulis. Pikirkan tentang suatu cerita yang ingin sekali kita baca, tapi tak pernah ada. Dengan demikian, kita akan bisa menuliskan sebuah cerita yang hanya kitalah yang  mampu menuliskannya.


Oke... semangat terus dan jangan berhenti ya nulisnya...


Sumber: [Mizan.com]

0 komentar :

Posting Komentar

Dikomentarin Dong.......!!!

 
;